BATUNUNGGUL, Upacara Ngadegang merupakan ritus setiap tahun sekali yang jatuh pada empat hari sebelum tilem kepitu pada Bulan Januari yang diselenggarakan oleh Banjar Sampalan,Desa Pakraman Dalem Setra Batununggul. Upacara melasti awal dari upacara ngadegang di pantai setempat, pelawatan barong bangkal yang telah disucikan dan sakral dan pelawatan yang lainnya diusung diikuti karma banjar.
Upacara ngadegang sebagai makna mengingatkan umat atau
karma agar tetap menjaga keharmonisasi, kesimbangan antara bhuana alit dengan
bhuwana agung. Dualitas saling berhubungan dimana antara manusia dengan
Pecipta, alam serta manusia itu sendiri dan juga meningkatkan spiritual umat.
Hal ini disampaikan,Mangku I Dewa Made Beneng Alit, Rabu (2/1). Ia juga
mengatakan Ida Bhatara pelawatan kepundut dari Pura Gunung Hyang kesuciang ke
segara.
" Perlengkapan upakara dan persiapan lainnya
secara gotong royong dilakukan baik krama maupun sekahe. Rasa kebersamaan terus
berdeyut walapun gempuran globalisai terus menyerang," ujarnya Kelian
Banjar dan sekaligus Ketua Pantia, I Dewa Made Sudiatmika.
Usai pelastian di segara, pelawatan barong bangkal dan
pelawatan lainya menuju perempatan desa dengan sigab pecalang mengatur arus
lalu lintas selama 45 menit terhenti. Pemangku haturkan segehan agung dengan
anak ayam hitam disembleh dijadikan korban.
Menurut Bendesa Desa Pakraman Dalem Setra Batununggul
I Dewa Ketut Tayanegara, upacara ini sebagai wujud terima kasih atas karunia
yang sudah berikan oleh Penguasa Alam. Ngadegang sendiri berasal dari kata
ngadeg artinya berdiri. Ida Bhatara pelawatan barong bangkal melasti disucikan
di segara setempat. Setelah itu, Ida Bhatara nyejer selama 11 hari.
" Awal tahun musim penghujan upacara ini digelar,
hal dimaksudkan agar jagat landuh , teduh dan kerahayuan serta terciptanya
kedamian setiap insan, " terang Tayanegara. Tradisi ini mendapat tempat
bagi wisatawan yang sedang berlibur di Nusa Penida. Terlihat wisatawan dengan
asyiknya mengabdikan moment tersebut.
Nyadegang Mempererat Persaudaraan
Aci pelaksanaan upacara selesai, karma terutama
Ibu-ibu PKK sibuk mempersiapkan makanan. Tradisi nyadegang bagian dari upacara
ngadegang dimana setelah usai pelaksanan upacara karma diajakan makan bersama
yang lebih dikenal dengan Nyadegang.
Tradisi nyadegang tidak seterkenal mebigung, I Dewa
Ketut Tayanegara menambahkan sejatinya hampir sama dengan megibung, namun ada
sedikit perbedaan, kalau di Karangasem umumnya pesertanya berjumlah 8 orang,
tempat makanan menggunakan dulang, dan lauk pauk disajikan tahap demi tahap.
Nyadegang berarti duduk secara bersama-sama menikmati hidangan yang disajikan
sebagai ungkapan terima kasih atas karunia Tuhan yang sudah berikan. Tradisi
ini juga bisa digelar saat acara adat Pelebon, Pawiwahan, Ngotonin dan upacara
lainya.
“Dan untuk menggiring pemuda agar bangga dengan
tradisinya, maka kita melibatkan mereka langsung dalam tradisi tersebut,
memberi dia tanggung jawab mengerjakan step by step acara tersebut,” sambung
nya.
Menurutnya, selain untuk tetap melestarikan tradisi yang ada, kegiatan ini juga dapat memupuk rasa kebersamaan di antara anggota krama dan pemuda karena kegiatan yang bersifat tradisi biasanya membutuhkan orang banyak untuk mengerjakannya. *
Menurutnya, selain untuk tetap melestarikan tradisi yang ada, kegiatan ini juga dapat memupuk rasa kebersamaan di antara anggota krama dan pemuda karena kegiatan yang bersifat tradisi biasanya membutuhkan orang banyak untuk mengerjakannya. *
0 comments:
Post a Comment