sebagian warga menunggu giliran sembahyang (foto/SJD)
BATUMADEG, Pura Puser Saab salah satu Pura Sad Kahyangan
Jagat di Kecamatan Nusa Penida. Selama ini Pura ini tidak sepoluler Pura
Penataran Ped atau Pura Puncak Mundi. Pura ini banyak menyimpan misteri yang
belum dipecahkan. Pura yang terletak di Banjar Dehan, Desa Batumadeg berjarak
tempuh dari Kota Kecamatan sekitar 14 kilometer.
Menurut Ketua Panitia I Ketut Sutama, Rabu
(5/8/2015) kemarin mengatakan Pura Puser
Saab salah satu dari Sad Kahyangan Jagat yang belum banyak tahu. Piodalan yang
jatuh pada hari Buda Umanis,Wuku Medangsia.
Sebanyak 290 KK dari tiga Desa Pakraman yakni Mujaning Temeling ( Batumadeg
), Tri Wahan Dharma (Batukandik), dan Panca Mekar Sari (Klumpu), “ ujarnya.
Jro Mangku Oka saat disela-sela kesibukanya mengatakan
rangkaian upacara pujawali diawali dengan upacara melaspas pelinggih yang baru
dibugar yakni meru tumpang sia dan bale ringgitan. Puncak piodalan berlangsung
Rabu kemarin hingga nyejer 5 hari sementara nyinepnya Senin depan, “ tuturnya.
Lebih lanjut, Jro Mangku Oka mengatakan Pura Puser
Saab didirikan sejak zaman Prabu Renggan yang sebelumnya mendirikan Pura Puncak
Mundi. Awal bangunan yang didirikan antara lain Pura Mundi adalah padma yoni,
yang sama-sama arahnya menghadap ke timur.
Setelah selesainya pelinggih antara Pura Puser Saab dan Pura Puncak Mundi,
beliau melanjutkan mendirikan beberapa pelinggih di Pura Puser Saab yaitu
linggih Bhatara Arca yang bentuk bangunannya sama persis seperti bangunan kuil
di Negara Nepal.
Setelah selesai Pura Puser Saab dan Puncak Mundi,
beliau juga mendirikan beberapa Pura diantaranya Pura Batumedau (Desa Suana),
Pura Penida (Penida, Sakti), Pura Dukuh Jukungan (Sukun, Batukandik).
Pura Puser Saab terdiri dari tiga pelaban Pura
yakni dibagian timur Pura Batu Paras, dibagian selatan Pura Ratu Gede Dalem
Selimpet dan dibagian tengah Pura Puser Saab.
Pura Batu Paras berinstana Siwa Astawa yang
berfungsi sebagai pembersihan (penglukatan). Pura Ratu Gede Selimpet uniknya
setiap pujawali terlebih dahulu harus menghaturkan sesaji (mepiuning) dengan
sarana banten dan isinya jeroan daging babi mentah yang lengkap. Sementara
warga sekitar apabila melakukan upacara yadnya harus terlebih dahulu menghaturkan
sesaji dengan sarana yang sama. Apabila lambat matur piuning maka sarana
upacara secara otomatis menjadi berkurang atau sedikit bahkan baunya tidak
enak. Tetapi setelah mapiuning di pelinggih tersebut maka otomatis sarana
upacara menjadi utuh dan lengkap kembali & bau yang tidak sedap menjadi
sirnah. Pengalaman ini sering dialami panitia Pura dan warga.
Berdirinya Pura Ratu Gede Selimpet karena adanya
pelebon Ratu Mas Mecuet lewat pewisik beliau kepada Jro Mangku Alit. Setelah
pelebon dilaksanakan beliau ingin dibuatkan pelinggih (Pura Dalem) yang mana tempatnya
di Selimpet.
Dengan berdirinya Pura Dalem, maka pelinggih
bebatuan di Selimpet, dinamakan Pura Ratu Gede Selimpet (linggih Ida Ratu Gede Mas
Macuet) untuk yang berstana di Pelinggih bebaturan Selimpet (Mrajapati) adalah
rencang-rencang (pepatih) Ida Bhatara Puser Saab.
Sedangkan Pura Puser Saab yang ditandai dengan
adanya sebuah pancer batu besar berada persis ditengah-tengah utama mendala
pura. Pada saat renovasi pelinggih Gedong Arca linggihnya Ida Bhatara Gana yang
mana tidak dipindahkan dari pancer batu tersebut lewat pewisik. Maka pada waktu
itulah Pura Puseh Saab diganti nama dengan Pura Puser Saab. Anehnya, disekitar
utama mandala pada saat gempa bumi, tidak ada sama sekali getaran. Sehingga mulai
saat itu masyarakat menyebutnya Pura Puser Saab. Satu-satu Pura Sad Kahyangan
yang ada di Nusa Penida yang mempunyai banyak arca.
Keajaiban arca tersebut jumlahnya bisa sedikit
bisa banyak terbukti pada saat piodalan saat Jro Mangku mau ngias Prelingga Ida
Bhatara pembuatan karawista sudah terhitung sesuai prelingganya tapi setelah
dipasang karawista akhirnya berkurang. Kejadian ini terlihat setelah pada sasih
kawulu jumlahnya arca banyak sedangkan sasih ketiga justru berkurang. Setiap
upacara yadnya yang diselenggarakan warga Nusa Penida terlebih dahulu nunas
tirta di Pura Puser Saab untuk memohon kelancaran upacara yang dilaksanakan, “
terang Oka.
Pada saat musim kemarau panjang warga selalu
kekurangan air, sehingga warga pengempon dan sekitarnya secara bersamaan datang
(tangkil) untuk memohon hujan (tirta amerta).
Oleh : Santana Ja Dewa
0 comments:
Post a Comment