Kroncong Jancuk
KERONCONG,
Mendengarkan genre musik pop, punk atau reagge biasa ditelinga pendengar, jika musik tradisional dibalut apik terasa
segar mewarnai belantikan musik. Akar
keroncong berasal dari sejenis musik Portugis yang dikenal sebagai fado yang
diperkenalkan oleh para pelaut dan budak kapal niaga bangsa itu sejak abad
ke-16 ke Nusantara. Anak-anak Bali meracik musik tersebut dalam ranah kekinian,
dimana musik tradisional diangkat ditengah oase musik khususnya pecinta musik
Bali.
Sumringah musik Bali
terasa warna-warni kehadiran band yang baru dibentuk akhir tahun lalu. Kroncong Jancuk, begitu nama bandnya. Singel andalan mereka yang baru diluncurkan
seminggu lalu bertajuk Mejangeran.
Kroncong Jancuk
berani memadukan musik tradisional sesuatu yang beda dari band Bali lainya.
Mendengarkan mereka (Kroncong Jancuk, red)
performance pendengar akan diajak bergoyang lepas unsur genre dipadukan
tetap identitas band. Sementara kata
Jancuk dibelakang nama Band ini mengambil sisi lain dari kata tersebut, memang
kata tersebut sebuah umpatan tapi esensinya mendalam ketika pergaulan kata itu
sering dijumpai sebagai sapaan atau mengawali pertemuan. Jadi, kata Jancuk bila
disikapi dengan bijak berarti keakraban terjalin mesra.
Gede Phaii pentolan
band Kroncong Jancuk saat ditemu perfomance di Nusa Penida mengatakan band ini
terbentuk atas dasar kegelisahan melihat musik tradisional tersudut hingga
nyaris ngga disukai. Fenomena
tersebut, Gede Phaii melihat bahwa musik
tradisional bila diramu dengan apik dan menarik akan terasa asyik. Nuansa
budaya kental dalam band ini, saat
manggung selalu menggunakan busana tradisional dan menghadirkan jogeg sebagai
pemungkas penampilan.
Gede Phaii resah
melihat fenomena jogeg terbawa arus lebih mengarah seronoh, kota disini
meluruskan tari pergaulan tersebut diluruskan demi menjaga esensi tari
tersebut. Single perdana juga mengambil tema tari tradisional yang dikenal
masyarakat, janger. Hampir sama dengan tari jogeg sebagai tari pergaulan. Kita mengajak pendengar melantunkan lagu
mengajak mejangeran. Selain peluncuran single mereka juga menggarap film pendek
dengan tema sama denga lagunya.
Tubuh terasa terbawa
hipnotis lagu, pinggung mendadak mengoyang mengikuti irama. Pelepasan jiwa
tatkala serbuan dinamika hidup yang menerpa. Begitu asyik terlena pada alunan
lagu yang dibawakan, pendengar terbawa suasana. Musik genre root keronkong yang
dihadirkan pertama kali di Nusa Penida.
Nusa Penida menarik,
kata Gede Phaii sering berkunjung pulau yang indah. Sementara manggung baru
pertama kalinya. Terima kasih atas keramahtamahan
dan saya berpesan mari jaga pulau ini dengan tidak buang sampah sembarangan
jangan lupa buang sampah pada tempatnya.
Kasian nanti pulau eksotik ini ternodai sampah.
Kroncong Jancuk,
selain Gede Phaii personil lainya Diah (vokal),
Yoga Tomcat (ukulele cak), Eka panju (lukulele cuk), Mang Pur ( bas),
Gus Bajra (airphone), Ngurah godel (kendang) & Eka Saputra (drum).*
0 comments:
Post a Comment