Mang Koyog
Kehidupan tak bisa ditebak mau jadi apa! Manusia biaa berencana tapi restu
semestalah yang menggariskan. Ungkapan itu patut dilontarkan kepada I Nyoman
Sudiatmika yang lebih dikenal dengan Mang Koyog, lahir di pulau sebelah
tenggara Bali, Nusa Lembongan lebih tepatnya di Desa Jungutbatu 35 tahun lalu.
Selepas sekolah di Denpasar, ia memilih berkeliling kampung menjajakan telur,
urat malu ia sampingkan demi keberlangsungan hidupnya. Lentera hidup mengalir
begitu saja, hambatan tak ubahnya menyulut ia bersemangat menjalani. Lulusan
Politeknik sambari menjual telur walaupun hidupnya ngga seperti bulat telur.
Lamaran kerja yang ditaruh diberbagai perusahaan dilakukan bermimpi berkerja
dimultinasional yang diidamkannya. Panggilan pekerjaan yang ditunggu olehnya,
sisi lain ia tak tega orang tua bekerja diusia senja.
villa Mang Koyog ekspansi bisnis dari usaha telur
Menjajakan telur yang langsung dari peternak, ia upayakan jual Nusa
Lembongan. Rumah, warung bahkan restaurant ia jajal. Hasil yang ia dapat bisa
membantu perekonomian keluarganya. Berjalannya waktu, Mang Koyog mengembara
lagi ke Denpasar membuka bengkel sementara jual telur diserahkan orang tuanya.
Tawaran demi tawaran pekerjaan datang, tapi ia menolak hanya saja ia bekerja
yang merupakan kesenanganya. Ramainya bengekel mulai meredup, kemungkinan
banyak kompetitor lainya. Ia mulai mencoba melamar pekerjaan di perusahaan plat
merah yakni PLN. Alhasil, Mang Koyog diterima sebagai karyawan.
Bergegas pulang kampung menyeberangi Selat Badung memberitahu orang tua dan
kakaknya, ia telah diterima sebagai pegawai PLN. Usaha telur terkadang
berteriak ingin ditetaskan lahir usaha baru lagi. Rencana membuat penginapan
terselip dalam benaknya, ia terus terbebani menghantui hal ini, kemudian
mengggas membuat villa yang diberi nama Lembongan Abian Villa. Nekad sekali
Mang koyog, padahal keterampilan mengurus bisnis akomodasi penginapan sama
sekali ngga punya. Dalam kamusnya pasti ada jalan keluar, seiring berjalannya
waktu usaha yang lahir dari menjual telur berjalan maksimal.
Penantian panjang berbuah hasil tamu perdana asal Jerman memesan villanya.
Senang bercampur haru yang ia rasakan, kalaborasi bisnis villa dan telur
sama-sama berjalan, untuk penggelolaan villa ia menyerahkan pada keluarganya.
Keterbatasan waktu dan jarak, ia tak bisa mengurus bisnis villa karena sebagai
pegawai PLN tidak bisa wara-wiri seenaknya. Ni Luh Wira Astuti, Istriny Mang
Koyog mengurus seabrek villa mulai menjamu dan bagaimana membuat betah tamu
yang menginap. Rencana demi rencana masih terbayang dalam benaknya kedepan,
hanya sang pemilik waktu yang menjawab. *
0 comments:
Post a Comment