Seorang Guru Suci begitu terpesona akan kesucian dirinya. Anggapan bahwa
dirinya orang suci sangat melakat padanya, sehingga ia menjauhkan diri dari
segala bentuk kekotoran. Ia merasa bahwa dirinya sudah mencapai Tuhan dan
menjadi Tuhan.
Suatu ketika seorang Gundik perempuan bermaksud menemuinya di pertapaan. Si
perempuan ingin menceritakan dirinya dan kesalahannya yang banyak. Berbohong
dan meniduri laki-laki tidak terhitung jumlahnya adalah kesalahan yang
menyedihkan. Maka ia menawarkan dirinya kepada sang Guru agar dituntun
menemukan pencerahan.
Tapi malang, Sang Guru tidak mau menemuinya. Gurupun mencemoohnya, dan
menghardik akan noda dan dosa si perempuan. Segera ia mengusirnya. Si perempuan
hanya bisa menghela nafas. Kemudian ia bernyanyi di luar pertapaan untuk
menghibur diri. Sayup-sayup nyanyianya terdengar merdu. Angin semilir
mengantarkan nyanyian itu ke telinga Sang Guru.
"Pertapa bodoh...kenapa masih terikat tubuh. Pertapa dungu kenapa
masih melihat kekotoran. Pertapa malang kenapa tidak melihat ku bukan badan.
Oh...ada sang sukma dalam diriku. Sukma yang sama dengan semuanya. Sukma
selayaknya cahaya mentari yang sinarnya sama, baik pada kendi yang terbuat dari
emas maupun dari tanah liat. Oh...dengarkan nyanyian ku...nyanyian dari sukmaku
yang bukan aku badan ini."
Sang Guru tercengang. Ia kemudian berlari menemui perempuan itu. Tetapi, ia
sudah menghilang. Kesadaran menyeruak dalam dirinya. Anggapan selama ini atas
kesucian dirinya pupus sudah. Perempuan itu seharusnya orang suci, sebab ia
menyadari dirinya dengan sadar penuh atas apa yang ia lakukan selama
hidup.#rahayu
Oleh : I Ketut Sandika
Penulis Buku Tantra
0 comments:
Post a Comment