Jero Mangku Alit bersama I Ketut Sandika
Menjadi jero mangku alit di usia anak-anak tak menghalangi dirinya untuk
menikmati fase anak-anak sebagaimana anak seusianya. Namun, beliau memiliki kapasitas
dan kekhususan yang lain dalam melakoni kehidupan sebagai jero alitan. Tidak
nampak ada kegelisahan dan kekahwatiran serta kecemasan bahwa dirinya sudah
memiliki identitas jero mangku alit, dan identiasnya akan merampas kehidupan
masa anak dan remajanya kelak. Yang jelas, beliau menikmatinya sebagai sebuah
pelayanan dan pemenuhan kepercayaan masyarakat Batur terhadap tradisi religi
yang mereka warisi secara turun temurun. Masyrakat Batur tidak terlalu
mengkahwatirkan hal yang lain, sebab menjalankan tradisi dan titah niskala
adalah suatu kemutlakan. Sebab kehadiran Jero-jero alitan adalah atas pilihan
niskala melalui liturgi yang panjang dan melelahkan. Mereka untuk menjadi Jero
melewati prosesi esoterisme dalam tradisi kuno dimana mereka diinisiasi sebagai
penghubung dimensi niskala dengan sekala. Tugasnya adalah memangku Batur
sebagai poros bumi melalui ritus penghadiran yang gaib dalam setiap wali dan
menjadikan Batur sebagai "simbolisme berpusat", di mana benang
spiritual yang mengikat bumi diperkuat hingga menjadi tempat yatra bagi semua
umat manusia.
Namun terlepas dari semua itu, ada beberapa pertanyaan awal yang menyeruak
menyoal kebertahanan mereka dalam menjaga tradisi dan kepercayaan mereka di
balik arus zaman. Mampukah Jero Mangku Alit bertahan dari budaya postmo yang
selama ini mendistorsi sisi-sisi kehidupan religius manusia. Belum lagi
menelisik kehidupan mereka secara psikologis dan biologis serta menyingkap
tabir tradisi kuno mereka yang mengharuskan mereka untuk terkungkung dalam wadah
menjadi Jero Mangku dan kesucian yang dilekatkan padanya. Karena ada memang
aturan tegas serta larangan yang tidak boleh diganggu gugat. Dialektika dan
pergulatan mereka menjalani peran sebagai Jero Mangku dan anak-anak dalam
perkembangan umum menjadi menarik ditelusuri. Namun apapun itu, sementara
nampak kekaguman melihat mereka eksis dalam dunianya sebagai pelayan umat dan
anak-anak dari Sang Dewi Danu.
#rahayu
Oleh : I Ketut Sandika
0 comments:
Post a Comment