Bertani yang dilakukan masyarakat Bali lebih dari embrio kebudayaan
agraris sebelum mengenal pariwisata. Aktivitas agraris sudah dilakukan sebagai
profesi sejak jaman dulu oleh masyarakat Bali dengan kearifan lokalnya sebagai
pondasi. Pariwisata cikal bakal dari kebudayan pertanian yang melahirkan
berbabagai intrumen kebudayaan adat dan istiadat kesenian yang berkembang. Berbicara
pertanian era yang dikatakan modern ini,
pengulangan masalah walaupun berupaya maksimal menyelesaikannya tetapi hasil
yang didapatkan tidak sesuai harapan.
Perlahan muncul masalah baru yang bergulat disana. Problem yang lama
tertanam muncul lagi masalah baru, ketika pertanian itu terdesak yang namanya
perubahan itu sendiri walaupun perubahan tidak ada kesimbangan, saling tunjuk
menunjuk soal kebenaran secara subjektivitas pandangan. Sektor pariwisata
adalah tulang punggung kehidupan masyarakat Bali.
Petanilah yang
menyangga kehidupan di atas desa. Jadi kehidupan di atas desa semuanya
ditanggung oleh petani, itulah yang disebut sebagai supra village. Tapi, kata penulis pameran Hadiman, si supra ini kini keberadaannya sungguh
memprihatinkan.Saat ini jumlah petani hanya 54% dari jumlah rakyat Indonesia
walau peranan petani juga begitu besar dalam kontribusi mengisi kemerdekaan,
menjadi stakeholders penting
dalam pembangunan pertanian serta menjadi ujung tombak kedaulatan pangan
sebagai bagian strategis dari kedaulatan negara kita. Namun, setelah 75 tahun
merdeka, ternyata nasib petani masih memprihatinkan. Hal ini ditandai dengan
tingkat kesejahteraan yang tidak membaik, tingkat pendidikan yang masih rendah,
lemahnya asset ekonomi serta kapasitas SDM yang masih rendah. Penguasaan lahan
oleh petani juga sangat terbatas karena sebanyak 55,33% petani hanya memiliki
lahan kurang dari 0,5 ha serta keterbatasan modal membuat petani sangat sulit
keluar dari jerat kemiskinan.
Belum lagi
persoalan hama yang tak kunjung punah. Pupuk yang terus naik hasrganya, dan
berbagai persoalan lainnya. Bahkan dalan status sosial pun, petani tetap
dianggap sebagai wong cilik, betapapun ia sukses dalam bidangnya. Sang supra
village itu, pada akhirnya hanya berdiri mematung di atas desa. Ia tak punya
taring, ia tak punnya tenaga, ia tak berdaya. Ia ada, tapi tak dilihat.
Sesuai data Badan Statistik Bali mencatat Wisatawan mancanegara (wisman) yang datang langsung ke
Provinsi Bali pada bulan Februari 2021 hanya tercatat sebanyak 12 kunjungan,
dan seluruhnya masuk melalui pintu bandara I Gusti Ngurah Rai.
Jumlah
wisman ke Provinsi Bali pada bulan Februari 2021 mengalami penurunan sedalam
99,997 persen (hampir 100%) dibandingkan dengan catatan bulan Februari 2020
(y-o-y). Bila dibandingkan dengan bulan Januari 2021 (m-t-m), jumlah wisman ke
Bali tercatat naik, dari 10 kunjungan di bulan Januari 2021 menjadi 12 kunjungan
di bulan Februari 2021.
Tingkat
Penghunian Kamar (TPK) hotel berbintang pada bulan Februari 2021 tercatat
sebesar 8,99 persen, turun 2,16 poin dibandingkan TPK bulan Januari 2021
(m-t-m) yang tercatat sebesar 11,15 persen. Jika dibandingkan bulan Februari
2020 (y-o-y) yang mencapai 45,98 persen, tingkat penghunian kamar pada bulan
Februari 2021 tercatat turun sedalam 36,99 poin. Sementara itu, TPK hotel non
bintang tercatat sebesar 7,70 persen, naik 1,00 poin dibandingkan bulan Januari
2021.
Rata-rata
lama menginap tamu asing dan domestik pada hotel berbintang di Bali bulan
Februari 2021 tercatat 2,67 hari, turun 0,83 poin dibandingkan dengan capaian
bulan Januari 2021 (m-t-m) yang tercatat 3,50 hari. Jika dibandingkan dengan
capaian bulan Februari 2020 (y-o-y) yang tercatat 2,82 hari, angka ini
mengalami penurunan sedalam 0,15 poin.
Tanpa
diundang badai besar datang “ Covid-19” merontokan segalanya mulai kesehatan
menjalar semua aktivitas baik ekonomi dan aktivitas lainya. Daya beli turun,
banyak terjadi PHK.
Sementara
pertanian kembali menggeliat sejak pariwisata dikeplug pandemic. Pekerja yang
menggantung hidup dipariwisata menganggur, mengisi kegiatan tersebut banyak
dari kalangan pekerja tersebut melakukan aktivitas bertani. Walaupun begitu,
persoalan ketersediaan lahan ada yang bisa mengatasi dengan system pertanian
modern atau lebih dikenal dengan petani milenial ( memanfaatkan lahan yang ada
) . Ada juga yang menggarap lahan yang luas dengan komoditi harga jual yang
menarik hati. Dua hal yang dapat diambil dari situasi pandemic, pertama banyak
warga mulai melakukan aktivitas bertani, kedua refleksi diri pariwisata adalah
bagian dari bonus sehingga seharus kebijakan pertanian perlu digarap maksimal
sehingga pertanian bisa berdampingan dengan pariwsata.
Para seniman
Galang Kangin ini ketika merespon tema petani sebagian besar mengambil isu
alih fungsi lahan. Isu ini digarap oleh Agus Mardika dalam karya mozaik dan
kolasennya yang memperlihatkan Pulau Bali dalam keadaaan terhimpit. Kemudia
Atmi Krisna dewi memilih presentasi toples Aquarium berisi tumpukan sampah yang
menggambarkan tentang meruahnya sampah masuk ke lahan pertanian.
Problematika
inilah yang dipersoalkan oleh perupa Kelompok Galang Kangin. Ada upaya
mengkritisi persoalan petani ini sambil tetap berkiblat pada kesadaran
lingkungan sebagai payung besarnya. Inilah topik dan pokok bahasan eco-art ala galang Kangin.
Galung Wiratmaja
menghadirkan boks yang ditutup media dengan patung kepala di atasnya. Sementara
itu Made Gunawan menghadirkan ahli fungsi dalam bentuk gambar padi yang
ditumbuhi besi beton. Empat seniman ini melakukan perenungan ikhwal ahli fungsi
sekaligus mengkritisi persoalan yang dihadapinnya.
Sementara itu AA. Eka
Putra mempersoalkan hama dengan menghadirkan burung pipit dan kantong
beras.Anthok S. menghadirkan persoalan kebijakan tentang lingkungan dengan
perwujudan tengkorak berdasi. Ada semacam sindiran yang dilemparkan Anthok.
Sementara itu Wayan Naya Swantha mengkritisi sampah di sawah melalui objek
temuan benda-benda plastik yang dibalut kucuran resin menyerupai lendir atau
pengikat. Hanya satu perupa yang menghadirkan format lukisan yaitu Wayan Setem
dengan menyoal persoalan lokal global dan teknologi pertanian. Lukisan potret
dengan otak dan teknologi seperti earphone
menghadirkan opini tentang kecerdasan dan pertanian.(*)
0 comments:
Post a Comment