Dewa Soma berkreasi dengan patung klasik
SUKAWATI – Beraneka
ragam hasil kerajinan yang terpampang dipinggiran jalan, jika melewati
seputaran jalan Sukawati, Gianyar. Patung salah satunya. Hiasan atau ornamen
rumah ataupun tempat sembahyang beragam bentuk dan ukuran. Tetapi ada satu
studio di Sukawati memajang patung dengan gaya jadul dan klasik. Artistic,
begitu kesan saat menyelaksa patung yang ada distudio tersebut, pemiliknya I
Dewa Gede Soma Wijaya.
Studio yang diberi nama
Putra Art berlokasi di Br. Negari Singapadu Tengah, Sukawati, Gianyar. Dewa
Soma merupakan seniman patung dengan genre klasik. Para pecinta patung klasik
barang tentu sudah kenal dan akrab dengannya.
Saat ditanya, Dewa Soma
menceritakan dalam pembuatan patung hasil karyanya yang beda dari lain adalah
jenisnya. Patung di Putra Art menggunakan gaya klasik tempo dulu yang sudah
begitu sulit dicari saat ini. Tujuan utamanya adalah untuk memodifikasi karya
tempo dulu agar terlihat lebih menarik dan dapat dipadukan dengan gaya masa
kini namun tidak meninggalkan ciri khas lamanya.
Dewa Soma mengatakan
pembuatan patung saat ini adalah patung gaya klasik tempo dulu yang sudah
dimodifikasi. Kecenderungan ini tidak selalu monoton . Hal tersebut terjadi
bergantung bagaimana patung tersebut difungsikan.
Dulu patung hanya
difungsikan sebagai sarana pemujaan sehingga pada saat itu mengutamakan patung
dewa-dewi. Namun saat ini patung bukan hanya sebagai sarana pemujaaan tetapi
juga sebagai dekorasi oleh sebab itu gaya dan patung yang dijual di Putra Art
saat ini banyak mengalami modifikasi tergantung selera konsumen.
“ Ya tentu saja karena
lingkungan. Daerah tempat saya tinggal sangat terkenal sekali dengan kerajinan
patungnya. Oleh sebab itu lingkunganlah yang membentuk potensi saya, dan saya
begitu gencar mengembangkan potensi saya, “ ujar seniman yang tergabung dalam
group Galang Kangin.
Mengasas kemampuan ia
membuktikan melanjutkan pendidikan kejenjang kejuruan mengambil jurusan seni
ukir. Kemudian jenjang pendidikan tinggi yang juga mengambil jurusan seni.
Berkat kegigihan tersebut ada banyak penghargaan yang bisa ia peroleh dari
potensi yang milikinya.
“ Menempuh pendidikan
mulai kejuruan hingga perguruan tinggi saya lakuni dengan senang. Dukungan
keluarga dan lingkungan membentuk karakteristik keseniman saya, “ serunya
sambil melempar senyum tipis.
Patung yang pernah
dibuat yang kurang menarik badi dirinya adalah patung yang mendekati ogoh ogoh,
patung tersebut dibuat sesuai dengan request konsumen. Menurut pendapatnya
patung yang seperti ogoh ogoh tidak sesuai dengan pakem dan juga uger-uger
karena karakteristik patung tidak sebebas ogoh ogoh. Bentuk patung begitu
terbatas sedangkan bentuk ogoh ogoh begitu bebas.
Sementara respon
masyarakat saat ini sangat baik. Hal tersebut terjadi bukan tanpa perjuangan.
Diawal penjualan banyak sekali tantangan tetapi ia tidak menyerah melainkan
menjadi pemicu semangat berkarya. “ Saya tidak mudah menyerah, selalu berinovasi
dan kreasi adalah moto saya, sehingga saat ini saya dapat memetik buah
perjuangan, “ getirnya.
Saat wabah pandemic
covid-19, tentu saja ada sedikit penurunan. Namun tidak begitu signifikan,
permintaan yang mengalami penurunan atau kendala adalah permintaan dari luar
negeri, Namun untuk permintaaan dari konsumen lokal masih tetap berjalan dengan
normal.(*)
0 comments:
Post a Comment