Oleh : I Ketut Sandika
The Bandit Island demikian tercatat dalam catatan
Belanda tentang Nusa Penida sebuah pulau kecil yang dulunya dijadikan tempat
buangan orang-orang yang disinyalir menentang legitimasi kekuasaan Belanda.
Bahkan pada masa Dalem berkuasa pulau ini disinyalir sebagai hunian orang-orang
yang sakti dan mahir Ngeleak. Mereka sengaja dibuang di tempat ini sebagai
hukuman atas apa yang dilakukannya, sehingga pulau ini adalah pulau larangan.
Namun demikian, tidak sepenuhnya
apa yang ada dalam catatan Belanda bisa dipercaya. Sebab ada kemungkinan
politik wacana sengaja dihembuskan oleh raja Bali Daratan untuk mendominasi
masyarakat Nusa Penida yang dikenal memiliki kemampuan lebih daripada orang-orang
Bali daratan pada umumnya. Bisa jadi, kekuasaan Dalem di Bali merasa terancam
akan kesaktian orang-orang Nusa melalui penguasanya bernama Dalem
Dukut/Bungkut.
Siapa yang bisa memainkan wacana
maka dialah pemenangnya, dan ditambah campur tangan Belanda akhirnya Nusa
Penida menyerah dalam bayang-bayang kekuasan Dalem Klungkung. Adalah ki Patih
Jelantik lah yang mampu mengakhiri kekuasaan dan keperkasaan Dalem Bungkut.
Namun demikian, satu hal yang menarik, dan hingga kini masih tersimpan di Nusa
Penida adalah vibrasi mistik warisan dari praktik Bhairawa Dalem Bungkut.
Ada beragam versi tentang sosok
beliau yang disamakan dengan Ratu Gede Mas Mecaling, I Gede Mecaling dan nama
lainnya. Apakah satu sosok yang sama? Perlu penelusuran lebih jauh. Namun apapun,
sosok ini hidup dalam mitos yang diyakini sebagai mitos hidup bagi orang Bali
dan Nusa. Sosok sakti yang memiliki kekuatan wisesa yang tinggi. Bahkan dalam
catatan Babad, beliau penguasa Taksu Sanga atau sembilan spirit dan kekuatan
yang ia dapatkan dari laku tapa memuja Sanghyang Rudra.
Terlepas dari babad dan mitos,
yang jelas citra beliau akan selalu hadir dalam setiap alam pikir orang Bali
dan Nusa. Tidak saja sebagai tokoh, tetapi bisa jadi sebagai ideologi Bhairawa
yang teralienasi dengan paham baru. Sengaja ideologi tersebut mereka sebarkan
di pulau yang sunyi, jauh dari hiruk pikuk pergumulan agama-agama baru yang
sudah diracuni politik agama dan kekuasaan.
Spirit tersebut akan tetap ada di
Nusa, sehingga banyak yang datang ingin menyelami dunia Bhairawa yang identik
dengan digjaya dan wisesa. Hal inipun kebanyakan tidak diketahui oleh orang
Nusa sendiri, bahwa mereka adalah pewaris sah tradisi Bahirawa Tantra dimana
orangnya keras, tetapi dibaliknya ada sisi kelembutan yang luar biasa. Sebagaimana
Hyang Bhairawa yang selalu menunjukkan kemurkaannya untuk melebur, dan penuh
kelembutan ketika ia mencipta dan memelihara bumi. Nusa Penida, yakni pulau tua
yang memberikan keseimbangan Bali dan Bhuwana.
#rahayu
#rahayu
*penulis buku Siwa Tattwa, Dosen
IHDN Denpasar
0 comments:
Post a Comment