Nusa Penida, waklaba.blogspot.com -
Perajin minyak kelapa yang dibuat secara
tradisional di Sampalan, Nusa Penida tetap bertahan meski minyak goreng yang
dibuat dari pabrik membajiri pasaran. Hal ini dikarenakan perajin tidak mau
mengecewakan pelanggan yang sudah membeli sejak 30 tahun lampau.
Menurut Jro Kade Suratning, perajin minyak kelapa yang tersisa, dalam sehari dia bisa membuat 10 liter minyak yang berasal dari 100 butir kelapa. Dia mengungkapkan, peminat minyak kelapa tradisional kebanyakan adalah keluarga yang tinggal di pedesaan.
Dia mengatakan bahwa proses pembuatan minyak kelapa dengan cara tradisional membutuhkan waktu dan tenaga lebih. Proses dimulai dengan menggergaji bathok kelapa dan selanjutnya kelapa direndam minimal satu malam. “Agar nanti ketika diparut hasilnya lebih baik,” jelas Kade. Usai diparut dan diperas, dengan cara diinjak-injak, keluar santan yang selanjutnya diendapkan. Bagian yang bening dari pengendapan, dibuang.
“Yang kental, disebut kanil, direbus minimal 3 jam,” terangnya. Setelah itu, disaring dan diambil minyaknya. Kade mengungkapkan bahwa minyak kelapa produksinya dijual dengan harga Rp 11.000 per botol dan daerah pemasaranya di pasar Mentigi.
Kade mengatakan seluruh limbah dari kelapa yang dibuat minyak digunakan makanan ternak. Untuk bathok, dijual dengan harga Rp 5.000 per kaping,” jelasnya. “Untuk harga minyak, saya mengikuti harga minyak pabrik, jika naik ya ikut naik,” ungkap Kade.
oleh
: santana ja dewa
0 comments:
Post a Comment