Sungsang


📷 istimewa
Secara definisi sungsang artinya kepala bayi tidak di posisi rahim sang Ibu, terbalik. Itu pula ia tidak mudah dilahirkan. Beberapa kasus ia harus operasi ceasar walaupun ada yang lahir normal dengan cara sulit.

Namun secara konotasi sungsang juga diartikan sebagai suatu pemikiran,perkataan dan tindakan yang terbalik dari kebanyakan. Misalnya pemikiran-pemikiran Gus Dur sering berlawanan dengan pemikiran publik.
Akibatnya Gus Dur dimaki-maki sebagian orang yang tidak menyenangi pemikiran,kata-kata dan tindakannya. Kini kita bisa lihat Gus Dur benar di beberapa hal. Misalnya tentang DPR yang ia bilang sebagai taman kanak-kanak, kebanyakan orang mengamininya. Apalagi ada yang berantem di ruang sidang setelahnya.

Kali ini saya pun ingin mengajak pembaca berpikir sungsang tentang Nusa Penida. Dari hari ke hari Nusa Penida denyut nadi pariwisata bergeliat. Pariwisata adalah suatu keadaan dimana daerah kita dijadikan tempat pelesir. Itu karena Nusa Penida indah, Nusa Penida dianggap oleh wisatawan yang berkunjung bisa mengurangi penat mereka, menanggalkan beban hidupnya.

Dalam beberapa kasus, ada pepatah “Ibarat dagang kasur, di rumahnya si dagang kasur tak punya kasur ia jual. Tukang pembuat rumah juga terkadang rumahnya tidak terurus dengan baik karena sibuk mengurus rumah orang lain”.

Demikian juga kita Nusa Penida dijadikan tempat mengurangi penat dan setres, bukan tidak mungkin penghuni pulau ini setres dan sering penat karena pariwisata yang kian berkembang. Benar apa salah? Saya yakin banyak yang mensetujui pernyataan ini walaupun saya juga percaya ada yang mendukung pendapat ini. Karena sesuai pokok bahasan sungsang, berbeda dari kebanyakan bukan sesuai yang tabu karena itulah fakta.

Cobalah kita tengok setelah pariwisata Nusa Penida, macet, masalah lingkungan dan sampah mulai meningkat. Permasalahan hukum yang terkait dengan kepemilikan tanah di Nusa Penida juga pasti meningkat. Cobalah buka laporan di Nusa Penida, pasti iya.

Siapa yang kita salahkan akan semua ini? Pemerintah, wisatawan, pelaku usaha atau masyarakat? Cobalah merenung ke dalam diri tanpa menghakimi. Ini adalah masalah kita bersama, mari kita hadapi masalah ini secara bersama-sama pula. Karena saling tuding pun tidak akan menyelesaikan apa-apa.

Namun satu hal yang perlu digaris bawahi, lakukan hak, kewajiban dan tanggung jawab sesuai sebagai apa kita. Sebagai pemerintah yang punya kewenangan mengatur lakukan kewenangan itu sesuai yang digariskan. Sebagai pengusaha berusalah sesuai aturan,demikian juga sebagai masyarakat harus mau diatur. Kalau sudah demikian pasti akan mudah dan bisa dikurangi dampak negatif pariwisata itu.

Berbeda dan sungsang boleh-boleh sebagai sesama orang Nusa Penida, karena semangat yang berbeda “sungsang” itu pasti punya tujuan yang sama. Ingin Nusa Penida menjadi lebih baik.(*)



Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.