Polutan Sampah


lukisan karya Suta Kesuma 

Bertebaran dimana-mana, plastic mudah sekali ditemukan disekitaran jelas ini prasangka buruk bagi lingkungan. Parahnya, tatakala kebiasaan yang telah memBudaya membuang sembarangan. Problema yang besar yang menjadi musuh bersama yang harus diperangi secara berkelanjutan yang dimulai dari diri sendiri. Berbagai upaya yang dilakukan membrantas keberadaan sampah plastic, cuma kembali pada diri. Kesadaran adalah mutlak dilakukan melawan arus budaya yang buruk. Bibir mungkin gampang mengucapkan bagaimana tangan ringan melepaskan plastic secara sembarangan. Pemandangan yang tidak elok mata melihat plastic bertebaran termasuk di laut. Imbas dari itu hayati dalam laut kena dampak, bioata laut (ikan) bisa memakan sampah atau terlilit sampah mengamcam keberadaan mereka.
Akumulasi dari produk yang dihasilkan plastic yang akan berdampak buruk pada lingkungan manusia itu sendiri dan keberadaan satwa liar serta habitatnya. Plastik mudah sekali ditemukan biasanya sebagai pembungkus ataupun sebagai tas jinjing yang digunakan untuk berbagai keperluan, Polutan plastic dikategorikan ke dalam mikro, meso atau puing-puing makro yang sesuai dengan ukurannya. Murah meriah merona tahan lama tentunya dari hasil produksi plastic semakin meningkat sesuai dengan keperluan masusia. Ketahanan plastic sangat lama diurai oleh tanah degradasi yang memakan waktu yang lama mengakibatkan pencemaran lingkungan. Dalam data penumbang sampah plastic terbesar Indonesia menempatakn urutan kedua setelah China sebanyak 3,2 ton, kemudian disusul Filipina 1,8 ton, Vietnam 1,4, Thailand 1,3 juta ton per tahun.
Keresahan dampak lingkungan yang disebabkan oleh plastic tergerak melakukan sesuatu, Perupa I Made Suta Kesuma melampiaskan emosinya melalui berkesenian. Geram yang menjadi sekam pikirannya menggerakan tangan mengambil kuas dan valet menggoreskan cat. Serpuhan cat bercampur pergolakan pikiran dengan mudah tangannya menggerak, Suta Kesuma resah melihat fenomena dampak lingkungan yang terjadi. Diakuainya budaya yang buruk tersebut sudah mengakar butuh proses yang komprehensif problema tersebut. secara pribadi Suta Kesuma perhatian sampah plastic tidak terbahasakan semata yang prinsip adalah kembali pada diri. Kembali era saat ia masih kecil diajak sama nenek ke carik atau sawah membawa bekal yang sering dikenal dengan sebutan tekor (alat pembungkus makanan terbuat dari daun pisang) habis makan dibuang. Tapi, sampah organic justru bagus bagi tanah. Perubahan yang terjadi ketika pembungkus yang lebih ringan dan mudah didapatkan mengantikan posisi pembungkus organic inilah menjadi masalah yang sering diributkan. Ringan dan mudah didapatkan saat sampah plastic berada di tong sampah bisa diterbangkan oleh angin sehingga bertebaran. Sisi lain kembali pembungkus plastic diganti dengan bahan yang mudah terurai yang menjadi masalah adalah justru harganya sehingga mengalihkan sangat sulit. Kita mengakui upaya yang dilakukan berbagai pihak atas masalah ini.(*)



Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.

1 comments:

  1. Mari segera bergabung dengan kami.....
    di IONPK.ORG.:)
    pin BB : 58ab14f5 , di add ya...:D
    Depo 20ribu bisa menang puluhan juta rupiah.
    Dijamin seru dan menghasilkaN IONPK.ORG

    ReplyDelete

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.