I Wayan Jengki Sunarta Kembali Meluncurkan Buku " Montase "

I Wayan Jengki Sunarta

DENPASAR, Berkarya sebuah keharusan bagi seorang sastrawan, ide liar melihat lingkungan sekitar baik sosial, budaya dan isu yang berkembang. Biasanya sastrawan jika menghadapi suatu masalah bukan jadi beban malah terbalik masalah tersebut jadi sebuah karya sastra yang hebat. I Wayan Jengki Sunarta salah satunya lahir Denpasar, 22 Juni 1975. Mencipta puisi Jengki sudah sejak awal 1990-an, tidak hanya sebatas itu lebih mengexplorasi diri merambah ke penulisan prosa liris, cerpen, feature, esai/artikel seni budaya, kritik/ulasan seni rupa, dan novel. Tulisan-tulisannya tersebar di berbagai media massa dan terangkum dalam sejumlah buku bersama.

Jengki sangat produktif berkaya ini terlihat dari buku yng sudah diluncurkan antara lain Pada Lingkar Putingmu (bukupop, 2005), Impian Usai (Kubu Sastra, 2007), Malam Cinta (bukupop, 2007), Pekarangan Tubuhku (Bejana, Bandung, 2010). Buku kumpulan cerpennya: Cakra Punarbhawa (Gramedia, 2005), Purnama di Atas Pura (Grasindo, 2005), Perempuan yang Mengawini Keris (Jalasutra, 2011) & Buku novelnya: Magening (Kakilangit Kencana, Jakarta, 2015). Berbuah manis hasil karynya mendapatkan beberapa karya sastranya meraih penghargaan, antara lain Krakatau Award 2002 dari Dewan Kesenian Lampung, Cerpen Pilihan Kompas 2004, Cerpen Terbaik Kompas 2004 versi Sastrawan Yogyakarta, Nominator Lomba Naskah Monolog Anti Budaya Korupsi se-Indonesia 2004, Nominator Anugerah Sastra Majalah Horison 2004, Penghargaan Widya Pataka dari Gubernur Bali (2007).

Hingga kini dia terus menulis untuk berbagai media, menjadi aktivis kesenian, dan bergiat di Jatijagat Kampung Puisi (JKP), sebuah komunitas berkesenian di Denpasar.  Pada tahun ini Jengki berencana meluncurkan sebuah buku kumpulan puisi berjudul “Montase”.

"Montase adalah buku kumpulan puisi saya yang kelima setelah karya sebelumnya. Montase menghimpun 55 puisi yang saya pilih dari masa penciptaan tahun 2010 hingga 2016 dan belum pernah dibukukan secara utuh. Namun, tentu saya tidak akan berhenti sampai di sini. Pada suatu waktu nanti akan kembali lahir buku puisi yang membuat saya semakin merasa bermakna menjalani kehidupan, " kata I Wayan Jengki Sunarta saat dikomfirmasi, Selasa (30/8).

Yang menarik, menurut Jengki buku ini ada sejumlah puisi bertema kritik social, seperti puisi “Teluk Benoa”, “Serenade Malam”, “Derita Jelata”, “Pralaya Matra”, “Negeri Jerebu”, dan masih banyak lagi. Membedakan, dalam buku secara khusus merangkum puisi-puisi perjalanan yang dikaitkan dengan berbagai suasana batin dan berisi muatan kritik sosial pada sejumlah puisinya.

"Setiap puisi memiliki sumber ilhamnya sendiri, kebanyakan ketika mengunjungi suatu tempat atau daerah dalam perjalanan, lalu lahirlah puisi. Juga ilham dari situasi kondisi tanah air kita, dan juga banyak persoalan social budaya di bali, seperti kasus teluk benoa, dan sebagainya," ucap alumnus Fakultas Sastra Unud dan sempat kuliah ISI Denpasar.

Buku ini bisa disambut dan diapresiasi secara luas. Menerbitkan buku puisi tidak mudah, perlu disubsidi dan banyak yang memodali sendiri penerbitannya. Karena buku puisi di dunia bisnis buku memang dianggap susah laku. Seringkali penyairnya menerbitkan buku dengan modal sendiri atau dari sponsor/donator, mendistribusikan sendiri, seringkali juga merangkap sebagai tenaga promosi dan pemasaran. Jadi, harapan saya para pecinta buku puisi, membeli buku puisi sebagai bagian dari upaya apresiasi terhadap puisi," terangnya.

Buku kumpulan puisi karya Jengki ada puisi judul Napak Pertiwi yang khususkan dibuat untuk teman seorang perupa I Putu Bonuz Sudiana untuk dibacakan. Puisi napak pertiwi menggambarkan alam Nusa Penida dan aura spiritual. (*sjd)

Share on Google Plus

wak laba

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

0 comments:

Post a Comment

http://waklaba.blogspot.com/. Powered by Blogger.