Sepeninggal maestro Perupa I Made Wianta 13 November 2020 lalu, jejak peninggalan karya masih tergiang dikalangan penikmat seni dan penggiat seni. “ Art and Peace “karya monumental Made Wianta serta menjadikannya sebagai tonggak gerakan budaya untuk lingkungan dan kemanusiaan.
Melalui Wianta
Foundation bersama Yayasan Bali Purnati dan alumni panitia memperingati 21
tahun “Art and Peace”, waktu itu digelar pada 10 Desember 1999 silam sebagai
respons terhadap konflik dan kekerasan yang terjadi di berbagai wilayah dunia
pada masa itu.
Acara kolosal tersebut
dilaksanakan di Pantai Padanggalak melibatkan 2.000 orang yang mempersembahkan
seni gerak dengan membawa 2.000 meter kain bertuliskan kutipan pesan perdamaian
dari tokoh-tokoh dunia dengan berbagai ragam bahasa. Dua helikopter
menerbangkan Made Wianta dan kain perdamaian itu saat mengawali kegiatan
happening art.
Para pendukung “Art and
Peace” di antaranya Putu Suasta, Restu Imansari, dan Yudha Bantono menggelar acara
ini di Griya Santrian Resort, Sanur. Kegiatannya antara lain memasang banner
perdamaian yang merupakan artefak bersejarah “Art and Peace” di pantai yang
akan direspons dengan sembah bumi oleh sejumlah penari dari Peliatan, Ubud.
Selain itu ada yoga bersama guru IGR Panji Tisna, pemutaran video “Art and
Peace”, testimoni, melepas tukik, dan tabur bunga bagi almarhum Made Wianta.
Yudha Bantono
menjelaskan peristiwa “Art and Peace” memang telah lama berlalu, tetapi
sepeninggal Made Wianta yang berpulang ke hadapan Sang Khalik 13 November 2020
lalu, para pendukung acara dan panitia “Art and Peace” ingin melakukan renungan
dan peringatan sekaligus memberikan penghormatan atas dedikasi Made Wianta yang
telah mengajak ribuan orang menyuarakan perdamaian melalui seni.
Intan Kirana dari
Wianta Foundation mengatakan ingin mengembangkan lahan pengabdian di bidang
seni budaya yang juga mencakup lingkungan dan kemanusiaan seperti yang telah
dirintis suaminya, Made Wianta, melalui sejumlah pameran seni dan pertunjukan.
Keinginan tersebut
bergayung sambut dengan antusiasme para pendukung “Art and Peace” yang akan
mendiskusikan dengan berbagai pihak dan mendeklarasikannya dalam acara
peringatan hari ini.
Restu Imansari dari
Yayasan Bali Purnati sepakat untuk melanjutkan ide dan gagasan Made Wianta
dalam sebentuk gerakan buaya berkelanjutan yang mengusung isu lingkungan dan
kemanusiaan.
“Selain karya seni
lukis, instalasi, dan pertunjukan Pak Wianta meninggalkan jejak pemikiran yang
sangat menonjol mengusung isu seputar kemanusiaan yang hingga kini tetap aktual
untuk kita gemakan,” kata koreografer ini.
Putu Suasta, Ketua
Alumni Panitia Art and Peace 1999 mengatakan apa yang telah dicetuskan Made
Wianta adalah hal yang menginspirasi siapapun untuk membangun kesadaran kolektif
menyuarakan perdamaian, kemanusiaan, dan lingkungan melalui jalur kesenian.
“Kami sepakat
melanjutkan cita-cita luhur Made Wianta dengan turut serta membumikan,
menggelorakan, dan menebarkan semangat tersebut melalui berbagai kegiatan yang
dapat berkontribusi bagi kebaikan bangsa,” kata alumnus Cornell University itu.
GM Griya Santrian
Resort Ida Bagus Gde Sidharta Putra (Gusde) yang juga Ketua PHRI Kota Denpasar
dan Konsul Kehormatan Republik Czech untuk Bali dan Nusa Tenggara mengatakan
saat ini berbagai kenyataan pahit di negeri ini telah menggerakkan elemen anak
bangsa untuk semakin berbuat yang terbaik untuk bangsa ini.
Gusde menambahkan Made
Wianta baginya adalah mentor dan patron yang memberikan khazanah berpikir dalam
program seni dan kebudayaan. Ia menyambut baik peringatan “Art and Peace” ini
dan menjadikannya kegiatan moral yang dapat merangkul generasi muda ikut peduli
persoalan bangsanya.
Koordiantor Peringatan
21 Tahun “Art and Peace” Yudha Bantono mengatakan kegiatan kali ini merupakan
langkah awal dari sejumlah program yang akan digelar berkala mulai tahun 2021
mendatang. Ia yang pernah mendampingi puluhan proyek seni Made Wianta
mengatakan pemaknaan kembali “perdamaian” adalah bagian upaya kesadaran
berbangsa dan bernegara.
Kata dia maraknya
kebencian dan kekasaran dalam dunia maya maupun dunia nyata saat ini telah
menggugah banyak pihak melakukan penyikapan agar persatuan dan kesatuan bangsa
tidak terusik.(*)
0 comments:
Post a Comment