Nusa Penida , waklaba.blogspot.com
Kuliner merupakan salah satu warisan
kekayaan tradisional yang dimiliki Bali. Jajanan tradisional Bali yang dulu
berjaya dalam masyarakat kini mendapat beragam saingan jajanan baru dan modern
yang datang dari luar. Lantas bagaimana nasib jajanan Bali di tengah
globalisasi?
‘’Kue atau jajan tradisional Bali kebanyakan kami hidangkan bersama kelapa parut, dilengkapi dengan gula merah cair,’’ ujar Jro Made Sudani , salah seorang pedagang kue tradisional Bali, di kawasan pasar Mentigi.
Pihaknya menyediakan aneka macam jajan khas Bali, seperti bantal, pisang rai, kelepon, mangkok hingga cerorot. ‘’Semuanya mudah kami buat, serta dari bahan sederhana. Selain rasanya lezat juga bercita rasa tinggi,’’ ungkapnya.
Kata dia, pelanggannya sebagian besar adalah orang-orang yang sudah berumur dan ibu-ibu rumah tangga yang merindukan jajanan tradisional Bali ini. “Hampir tidak pernah pembeli saya anak-anak muda. Mungkin kalah saing dengan jajan lain,” katanya.
Hal senada diungkapkan Desak Gede Taran, salah seorang penjual jajan tradisional Bali lainnya. ‘’Jajan Bali seperti dadar, bendu, laklak dan lainnya masih diminati masyarakat saat ini,’’ ujarnya.
Lanjutnya, dari beberapa jenis jajanan Bali yang dibuatnya, jenis jajan laklak paling diminati. Sebab, jajan ini wajib ditaburi parutan kelapa dan gula merah cair menjadikan rasanya nikmat.
Kata dia, hari raya dan libur permintaan jajan Bali masih lumayan ramai .Mengenai harga, kata dia, bervariasi, yakni jajan Bali gula cereret mulai Rp 3.000 - Rp 5.000 per porsi, sedangkan dadar dan mangkok harganya mulai Rp 1.000 per pcs. *sjd
0 comments:
Post a Comment