Siapa menyangka
kesibukan aktifitas pariwisata di Lembongan bidang musik juga sudah mulai
berkembang. Perkembangan keduanya itu seakan beriringan dan saling beradu untuk
mempromosikan Lembongan dengan cara sesuai di bidangnya masing-masing. Muara
Senja begitu nama Band mengusung konsep akustik, Muara Senja yang terbentuk
pada 9 Maret 2017, beranggotakan Thansil di gitar dan vocal, Teguh Palguna
(Tulit) di cajon, harmonica, dan vocal, dan terakhir Mangut Apol di gitar. Band
ini perduli dengan lingkungan dan mengusung konsep akustik karena merasa lebih
enjoy dan bisa lebih dekat dengan alam pantainya.
Muara Senja dipakai
sebagai nama bukan sekedar nama saja, filosofinya bahwa tidak akan melupakan
keberadaan rumput laut yang pernah menopang kehidupan sebagian besar warga
Lembongan beberapa tahun silam. Rumput laut pada masa jayanya menumbuhkan sikap
toleransi, gotong royong, kekeluargaan semua warga. Hampir di setiap “Senja”
hari di beberapa titik, warga ber”muara” di bibir pantai. Mereka bersama-sama
mengangkat panennya. Canda tawa, sikap toleransi, kerjasama, gotong royong
sangat kuat kala itu dan sangat susah kita temui sekarang. “Senja” dan “Muara”
kala itu menjadi saksi indahnya senyum kebersamaan para warga.
Oleh sebab itu, ketiga
local boy itu menamai band mereka Muara Senja. Muara Senja bagi mereka adalah
sebuah harapan agar semuanya itu tidak terlupakan. Dan kebersamaan, sikap
gotong royong, toleransi pada warga lembongan tetap terjalin.
Muara Senja sudah
memiliki beberapa lagu yang siap di garap di dapur rekaman. Salah satu lagunya
berjudul “Indah yang sebenarnya itu, tanpa sampah”. Lagu ini mereka ciptakan
untuk pulau tercinta, Lembongan. Yang memiliki sebuah harapan agar pulau yang
indah itu bisa benar-benar indah tanpa sampah yang berserakan. Diharapkan ada
pengelolaan sampah yang baik. Melalui karya-karyanya, Muara Senja akan berusaha
menanamkam sikap peduli lingkungan kepada generasi muda.(*)
No comments:
Post a Comment