Karya Made Arya Dedok
JOGJA, Pilkada serentak yang digelar 15 Februari
mendatang disambut sumringah masyarakat memilih pemimpin lima tahun mendatang.
Adu program menyakinkan pemilih dilancarkan paslon berbagai stategi jitu
menarik simpati. Jelang detik-detik pencoblosan obrolan dimana-mana
membicarakan pilkada tak terkecuali kartunis. Melihat perhelatan demokrasi
kartunis melihat pesta rakyat sebagai pembelajaran demokrasi, implementasi
momen ini, kartunis mencurahkan imajinasi melalui karya-karyanya. Isu korupsi
mencuat jadi sebuah tema yang masih subur dilakukan para oknum-oknum yang gelab
mata.
Sudut pandang kartunis melihat korupsi sangat merugikan
negara dan masih saja praktek-praktek hitam masih sulit dibrangus. Pilkada
serentak momentum memberikan edukasi bahwa korupsi merusak tatanan negara ini.
Kartunis Made Arya Dwita Dedok melalui karyanya agak menggelitik tentang
korupsi. Karya yang memberi semangat kebersamaan dalam melawan dan menangani
korupsi, Dedok mengambarkan karyanya kalaborasi superhero bersama-sama melawan
"tikus" yang rakus.
Tokoh-tokoh komik, termasuk profil dirinya yang
dikomikkan dengan mengenakan kostum Gatot Kaca. Tokoh-tokoh komik dan dirinya
berderet dengan saling berpegangan tangan sebagai pengusung barong lambang
kebaikan dan keadilan.
" Melalui judul maupun visualisasi karya menjadi mengerti
bahwa korupsi harus dilawan secara bersama-sama dan setiap orang harus berani
mengatakan tidak untuk korupsi," kata Dedok yang tergabung dalam Peguyuhan
Kartunis Jogjakarta (Pakyo).
Dedok yang juga sebagai perupa asal Bedulu, Gianyar
bersama kartunis lainya menggelar pemeran bersama yang bertajuk Kartunistimewa
bertempat Bentara Budaya Jogjakarta, Sabtu (11/2). Pemeran lintas generasi
kartunis ikut berpartisipasi meramaikan pemeran, selain tema pilkada juga
tema-tema ilwal diangkat dipermukaan yang sedang ramai dibicarakan.
Seperti karya Grace Tjondronimpuno merajut kebersamaan
kebhinekaan dikenal sejak dini. Layaknya seorang ibu itu sedang berjalan,
mengendong belasan anak-anaknya. Tangan kanannya memegangi jarik lurik yang
mengikat gendongan rinjing, di tangan kirinya membawa tongkat bambu berbendera
merah putih. Ribuan kilo meter jalan yang telah ia tempuh, membentangkan beban
tiada terkira.Satu karya rupa kedamaian Indonesia yang disimbolkan kartun.
" Perenungan terhadap realita kekinian. Saya mengajak
pembaca dan penikmat karyanya untuk tidak tegang lebih awal melihat sebuah
persoalan. Namun sebetulnya, ini adalah cara halus menyeret rasa kepedulian
elemen anak bangsa kembali untuk mencintai tanah airnya," ucap
Grace.(*sjd)
No comments:
Post a Comment