Tuesday 22 December 2015

Aci Mapica Tirta Upacara Penolak “ Grubuk “

warga kerauhan ngunying keris pada upacara Mapica Tirta (foto/yanbagi)

Lembongan mempunyai keanekaraman budaya selain satrian sacral seperti Sang Hyang Gerodok, Upacara Mapica Tirta salah satu tradisi unik. Upacara tersebut berlangsung , Selasa (22/12) kemarin.

Upacara Mapica Tirta dilaksanakan setiap anggara kasih sasih kapitu yang biasanya bertepatan dengan musim hujan. Pada saat inilah sering timbul berbagai penyakit. Upacara Mapica adalah suatu jenis upacara yang bermakna untuk memohon kehadapan Ida Sang Hyang Widhi agar berkenan memberikan keselamatan dan perlindungan bagi semua warga, dengan simbolis nunas tirta yang dilakukan oleh masyarakat, bertujuan untuk mengendalikan hama penyakit yang ada pada masyarakat dan juga pada tanaman sehingga dapat menimbulkan kedamaian,” kata Bendesa Pakraman Lembongan  I Made Sukadana saat dikomfirmasi via telephone, Rabu (23/12).

Di Bali istilah untuk jenis-jenis ancaman penyakit yang dapat merusak dan menghancurkan pada jenis tanaman atau tumbuhan, binatang piaraan ataupun terhadap manusia sering disebut dengan istilah grubug atau gering atau mrana. Suatu wilayah jika terjadi suatu musibah terkena penyakit secara masal atau epidemic, maka daerah tersebut dinyatakan kena grubug, sedangkan bila suatu wilayah persawahan atau tegalan terkena suatu penyakit, maka wilayah tersebut dinyatakan terkena mrana. Jadi dengan dasar inilah maka dilakukan Upacara Mapica Tirta untuk menolak grubug, gering, atau mrana yang terjadi di masyarakat Desa Pakraman Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung.
Mapica berasal dari kata paica yang berarti memberikan sesuatu kepada orang lain. Pemberian yang dimaksud adalah Tirta yang merupakan anugrah dari Ida Shang Hyang Widhi Wasa. Tirta yang ditunas berasal dari Pura Dalem Ped yang terletak di pulau Nusa Penida. Dalam buku babad Nusa Penida diceritakan I Gede Mecaling melakukan tapa brata yoga semadi yang di tujukan kepada Bhatara Ludra. Karena ketekunannya Bhatra Ludra berkenan turun ke mercepada untuk memberikan panugrahan kepada I Gede Mecaling. Panugrahan ini diberi nama panugrahan panca taksu yang terdiri dari: taksu kesaktian, taksu balian, taksu penggeger, taksu penolak grubug, dan taksu mengadakan kemerapan.
Dari cerita tersebut proses nunas tirta di Pura Dalem Ped pada pelaksanaan Upacara Mapica Tirta untuk nunas taksu penolak grubug yang bertujuan untuk menangkal segala jenis penyakit yang menimpa masyarakat dan tumbuhan.
“ Kepercayaan masyarakat dengan Tirta yang didapat pada pelaksanaan Upacara Mapica sangat besar. Tirta tersebut dipercaya mempunyai kekuatan sebagai penangkal grubug, gering dan mrana. Kekuatan Tirta diperoleh dari kekuatan I Gede Mecaling sebagai penguasa Nusa,” terang Sukadana.

Dalam babad Nusa Penida di jelaskan bahwa kekuatan yang didapat oleh I Gede Mecaling merupakan panugrahan yang berikan oleh Bhatara Ludra berupa panca taksu, salah satunya adalah taksu penangkal penyakit atau penolak grubug. (Buda, 2007:24). Dengan dipercikan Tirta dari Upacara Mapica, dipercaya bisa menjauhkan segala bahaya dan penyakit baik pada manusia maupun tumbuhan.

Tradisi Ngunying pada pelaksanaan Upacara Mapica Tirta adalah sebagai simbol rasa sradha bhakti kehadapan Ida Shang Widhi Wasa, pada saat nunas panugrahan berupa tirta untuk menangkal segala macam bahaya, penyakit, grubug dan merana yang terjadi di masyarakat.

Oleh : Santana Ja Dewa  & Wayan Bagiayasa



No comments:

Post a Comment